7 Des 2019

RELEVANSI ILMU KALAM DAN FILSAFAT

Nama               : Aji Rahmadi
NIM                : 20190030035
Mata Kuliah    : Filsafat Ilmu
Prodi               : PAI kelas Karyawan
Smt/Kelas        : 1/A
Dosen              : Dr. Teddy Priatna, M.Ag
                          Erni Haryanti, MA.Ph.D

Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Bandung
RELEVANSI ILMU KALAM DAN FILSAFAT
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang Masalah
Kebenaran adalah sesuatu hal yang dicari oleh manusia dalam menjalankan perannya masing-masing, baik dalam kebenaran berfikir atau kebenaran bertindak. Kebenaran bisa bersifat objektif atau subjektif dan relatif atau mutlak, tergantung dari sudut pandang melihat kebenaran tersebut.
Ajaran-ajaran atau doktrin keagamaan, terutama yang bersifat teologis bagi sebagian orang di pertanyakan kebenarannya, terlebih apabila dilihat dari kajian filsafat yang memperoleh kebenaran tentang sesuatu hal harus dibuktikan dengan kebenaran rasional. Bahkan bagi sebagian sumber kebenaran itu adalah sesuatu hal yang nyata, sedangkan daam wilayah teologi, tuhan adalah sesuatu yang bersifat metafisis.
Kemudian muncul ilmu kalam di dalam Islam dengan menggunakan logika yang di dasarkan kepada firman-firman Allah dalam kitab suci sebagai sebuah alternatif jawaban, untuk membuktikan kebenaran atau keabsahan doktrin atau ajaran yang bersifat teologis.
2.      Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian di atas, pemakalah merumuskan permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa Definisi Ilmu Kalam?
2.      Apa Definisi  Filsafat
3.      Bagaimana relevansi antara Ilmu kalam dan filsafat?

3.      Tujuan Pembahasan
Tujuan penulian ini diantaranya ialah:
1.      Untuk memahami makna ilmu kalam
2.      Untuk Memahami makna filsafat
3.      Memahami relevansi antara ilmu kalam dan ilmu filsafat
B.     Pembahasan
1.      Ilmu Kalam
a.       Pengertian Ilmu kalam
Pengertian Ilmu Kalam menurut Ibn Khaldun adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.[1] Sedangkan Menurut Muhammad Abduh, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah, Sifat-sifat yang wajib/mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang mustahil/tidak mungkin ada pada-Nya), dan juga Ilmu yang membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan (Allah) yang telah ditetapkan-Nya serta mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya. [2]
Al-Kalam dalam arti semula adalah kata-kata yang tersusun, yang menunjukkan suatu maksud. Kemudian berkembang menjadi suatu yang digunakan untuk menunjukkan salah satu sifat Tuhan yaitu Sifat Berbicara.[3]
Ilmu Kalam dinamakan juga Ilmu Tauhid. Arti Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan), tidak ada sekutu baginya. Ilmu Kalam dinamakan Ilmu Tauhid karena tujuannya menetapkan ke-Esaan Allah. Ke-Esaan Allah dalam Islam sebagai agama Tauhid, percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Monotheisme) merupakan sifat yang terpenting di antara segala sifat Tuhan. Namun demikian, pada hal-hal tertentu terdapat perbedaan antra Ilmu Kalam dengan Ilmu tauhid.[4]
Ilmu Kalam disebut juga Ushuluddin atau Ilmu Aqaid. Hal ini dikarenakan Ilmu Kalam membahas ajaran dasar agama Islam, yaitu kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pokok ajaran agama. Ajaran dasar ini disebut juga Aqaid (jamak dari aqidah). Teologi Islam dalam bentuk Ilmu Kalam pembahasannya lebih bersifat filosofis, corak berfikir yang demikian itu meng-akibatkan timbulnya aliran-aliran teologi Islam yang mempunyai paham yang berbeda dan bertentangan satu sama lain.[5]
Menurut Sayyid Husein Afandi al-Jisr at-Tarabulisi “Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas padanya tentang menetapkan (meyakinkan) kepercayaan agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan (nyata). Buah faedahnya ialah mengetahui sifat-sifat Allah ta’ala dan Rasul-rasul-Nya dengan bukti-bukti yang pasti, akhirnya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan yang abadi. Ilmu tauhid adalah pokok paling utama dari semua agama, karena bertalian erat dengan Dzat Allah ta’ala serta Rasul-rasul-Nya ‘Alaihimusshalatu wassalam. Keadaan suatu ilmu itu tergantung pada keutamaan apa yang dimaklumi . Ilmu tauhid dibawa oleh sekalian Rasul ‘Alaihimusshalatu wassalam, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, semoga shalawat dan salam tetap bagi-Nya, serta sekalian para Rasul-rasul-Nya.[6]
Kesimpulan yang bisa diambil dari berbagai pengertian tersebut adalah Ilmu Kalam membahas sekitar kepercayaan tentang Tuhan dan sifatsifatnya, tentang Rasul dan Sifat-sifat-Nya serta kebenaran Kerasulan-Nya. Ilmu Ushuluddin ialah Ilmu yang membicarakan  dasar-dasar agama (Islam) ajaran dasar itu disebut Aqaid; sedang Ilmu Tauhid membicarakan keyakinan tentang keesaan Tuhan (mengesakan Tuhan).  Perbedaan antara Ilmu Kalam dengan Ilmu Tauhid dapat dilihat dari segi metode yang dikembangkan dan sifat pembahasannya.[7]
a.       Metode Ilmu kalam
Metode Ilmu Kalam Dari uraian pemikiran kalam di atas setidaknya kita dapat menunjukkan bahwa pembicaraan kalam itu biasa menyangkut hal-hal berikut: Konsep Iman, konsep keesaan Tuhan, konsep kehendak mutlak Tuhan, konsep kehendak bebas manusia, konsep keadilan Tuhan, konsep kasb(usaha) manusia, konsep melihat Tuhan di akhirat, konsep janji dan ancaman Tuhan, konsep urgensi wahyu, konsep status al-Qur’an.[8] (Didin, Saefuddin, 2005: 82) .
Persoalan pertama, apakah konsep iman itu dengan ucapan, perbuatan atau ucapan dan perbuatan. Jika hanya sekadar ucapan, maka perbuatan tidak penting, karena tidak mempengaruhi. Sebaliknya dengan perbuatan dan ucapan tidak penting. Akan tetapi dengan ucapan dan perbuatan, maka ucapan yang harus diikuti oleh perbuatan. Adapun perihal penelitian terhadap metode kalam seseorang, maka hal yang pertama harus dilakukan dan paling menentukan adalah sepuluh konsep tersebut di atas. Yang manakah dianut oleh orang yang akan diteliti.
1. Penelitian Pemula dan Penelitian Lanjutan.
a)      Penelitian Pemula
Pada tahap ini hanya tataran membangun ilmu kalam menjadi sebuah disiplin ilmu pengetahuan dengan merujuk kepada al-Qur’an dan hadits dan berbagai pendapat aliran teologi. Contoh :
1.      Model al-imam Al-Harmain Al-Juwaini  Beliau telah menulis buku yang berjudul Al-Syamil fi Ushul Al-Din. Didalam buku tersebut membahas tentag penciptaan alam yang didalamnya terdapat hakikat jauhar (subtansi), arad (aksidensi) didalamnya dibahas hakikat tauhid, kelemahan kaum mu’tazilah, pembahasan tentang akidah, kajian tentang dalil atas kesucian allah masalah illat atau sebab.
2.      Model Al-Ghazali Beliau telah menulis buku Al-Iqtishod fi al-I’tiqod membahas tentang perlunya ilmu dalam memahami agama dan juga perlunya ilmu sebagai fardhu kifayah, pembahasan tentang dzat Allah, tentang qodimnya alam, dan penetapan tentang kenabian Muhammad SAW.
3.       Model Abdul Al-Jabbar bin Ahmad Beliau menulis buku syarh Al-Ushul Al-Khamsyah bagi yang ingin mengkaji tentang ajaran mu’tazilah secara mendalam, mau tidak mau harus membaca buku ini. Ajaran pokok Mu’tazilah ada lima yaitu, al-tauhid, al-Adl, al-wa’ad alwa’id, al-tauhid, al-Adl, al-wa’ad alwa’id, al-manzilah bain al-manzilatain, amar ma’ruf nahi munkar. dalam buku tersebut disebutkan tentang ajaran mu’tazilah secara mendalam diantaranya adalah kewajiban yang utama dalam mengetahui Allah, makna wajib, makna keburukan, hakikat pemikiran dan macam-macamnya, pembagian manusia, urusan dunia dan akhirat, makna berpikir.[9] (Abuddin, Nata, 2004: 273)
b)      Penelitian lanjutan
Pada tahapan penelitian lanjutan, akan dideskripsikan adanya ilmu kalam. Dengan rujukan pada penelitian tahapan pertama. Para peneliti mencoba deskripsi, analisis, klasisifikasi dan generalisasi. Misalnya:
1.      Model Abu Zahra : Beliau telah menulis buku yang berjudul Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasyah wa al-Aqo’id yang membahas tentang objek-objek yang dijadikan pangkal pertentangan oleh berbagai aliran dalam bidang politik yang berdampak pada masalah teologi dan membahas aliran dalam madzab syiah , khawarij dengan berbagai sektenya.
2.      Model Ali Mustofa Al-ghurabi :Beliau telah menulis buku yang berjudul tarikh Al-Firakh al-Islamiyah wa Nasyatu Ilmu al-Kalam’ ind al-Muslimin yang membahas perkembangan ilmu kalam, keadaan aqidah pada zaman nabi, khulafaurrasyidin dan dilanjutkan pembahasan mengenai aliran mu’tazilah lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikir teoliginya
3.      Model Abdul al-Latif Muhammad al-Asyr ; Beliau telah menulis buku yang berjudul al-fikriyah li madzhab ahl al-sunnah yang membahas tentang pokok-pokok yang menyebabkan timbulnya perbedaan pendapat dikalangan umat islam, masalah mantiq dan filsafah, barunya alam, sifat-sifat yang melekat pada Allah Azza wa jalla,nama-nam tuhan, keadilan tuhan, penetapan kenabian, mu’jizat dan karomah, Rukun Islam, iman dan islam, taklif (beban) Al-samiyat (wahyu atau dalil naql) Al-imamah, serta ijtihad dalam hukum agama.[10]

Di berbagai penelitian yang bersifatnya lanjutan tersebut dapat di ketahui model dan pendekatan penelitian yang di lakukan dengan mengemukakan ciri-cirinya sbb:
a.       Pertama, penelitian yang di lakukan para peneliti tersebut secara keseluruhan termasuk penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang berdasarkan pada data yang terdapat dalam berbagai sumber rujukan di bidang teologi islam.
b.      Kedua, Secara keseluruhan penelitiannya bercorak deskriptif yaitu, penelitian yang tekanannya pada kesungguhan dalam mendeskripsikan data selengkap mungkin.
c.       Ketiga, Dari segi pendekatan yang di gunakan secara keseluruhan menggunakan pendekatan historis, yakni mengkaji masalah teologi tersebut berdasarkan data sejarah yang ada dan juga melihatnya sesuai dengan konteks yang bersangkutan.
d.      Keempat, dalam analisisnya selain menggunakan analisis doktrin juga analisis perbandingan, yaitu mengemukakan isi doktrin ajaran dari masing-masing aliran sedemikian rupa, dan setelah itu barulah dilakukan perbandingan.
2.      Filsafat
a.       Pengertian Filsafat
Secara etimologis Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philen atau philos dan sofien atau sophi.Philos artinya cinta, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan.Dengan demikian, filsafat dapat diartikan cinta kebijaksanaan.[11]
                Sedangkan menurut para ahli filsafat adalah :
1.      Al-Kindi, Filsafat adalah kegiatan manusia tingkat tertinggi yang merupakan pengetahuan yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.[12]
2.      Henderson, Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. “philosophy means the attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and man’s in it”[13]
3.      Imamanuel Kant, filsafat merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu apakah yang harus diketahui?, apakah yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan?, sampai dimanakah pengharapan kita?, apakah yang dinamakan manusia?.[14]

b.      Metode Filsafat
Ada tiga metode berpikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika.[15]
a.       Metode Deduktif ;Suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus
b.      Metode Induksi ;Suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum.
c.       Metode Dialektik ; Suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi argumen tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak menyajikan pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbulah pandangan dan alternatif yang baru.Pada setiap tahap dari dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema asli.Dan dengan demikian ada demikian ada kemungkinan untuk mendekati kebenaran.
3.      Relevansi Ilmu kalam dan Filsafat
a.       Persamaan Ilmu Kalam dan Filsafat
Ilmu kalam dan filsafat mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan dengannya,  objek kajian  filsafat  adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Bagi ilmu kalam, dan filsafat, berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan.[16]
Pada intinya bahwa ilmu kalam dan filsafat memliki kesamaan dalam segi bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun dalam kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal dengan sebutan kajian tentang Wujud.[17]
b.      Perbedaan Ilmu Kalam dan Filsafat
Perbedaan di antara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. Meskipun ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang rasional dan logis, namun kalau dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam argumentasinyaterdiri dari dua bagian, yaitu; Aqli dan Naqli.  Bagian Aqli ini terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada relevansinya dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk menjelaskan dan menegaskan pertimbangan rasional supaya memperkuat argumen-argumennya.[18]
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.  Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalami); tidak merasa terikat  oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.  Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep the gaining of conceptual clarity.[19]
c.       Relevansi Ilmu kalam dan Filsafat
Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.[20]
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah kontemporer.[21]
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan filsafat sebagai alat untuk  membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim[22].



Penutup

Ilmu Filsafat adalah dasar dari pengetahuan atau cara berpikir sedangkan ilmu kalam sudah spesifik membahas kajian dengan obyeknya adalah agama atau ketuhanan. Keduanya mempuyai kesamaan dalam hal mendapatkan kebenaran. Walaupun terdapat perbedaan dalam penggunaan sumber dalilnya.
Filsafat mengandalkan akal dalam mengkaji obyeknya tanpa terikat ajaran atau dogma yang bersifat teologi. Sebaliknya, ilmu kalam menyandarkan kedalam wahyu yang mutlag kebenarannya untuk mengkaji obyeknya, Allah dan sifat-sifat serta hubungan Allah dengan alam dan manusia .
           

C.     Daftar Pustaka
Ali Maksun. 2011.Pengantar Filsafat: dari masa klasik hingga postmodernis. Jogjakarta: ar-ruzzi media cet. IV
Djumransjah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang:Bayu Media Publishing.
Anas Salahudin. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004).
Didin Saefuddin Buchori. Metodologi Studi Islam. (Bogor, Granada Sarana Pustaka : 2005)
Teddy Priatna dkk, Ilmu Kalam Sejarahdan Pokok Pikiran Aliran-aliran, Azkia Pustaka Utama, 2007.Cet Ke.3
Prof.Dr.H.Abdul Rozak,M.Ag., Prof.Dr.H.Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, (Bandung, CV Pustaka Setia,2012), Cet ke.1
Uyoh Sadulloh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung : Penerbit Alfabeta
Sayyid Husein Afandi al-Jisr al-Tarabulisi, Hushun al-hamidiyah, (Surabaya: Maktabah Tsaqafiyah,tt)



[1] Prof.Dr.H.Abdul Rozak,M.Ag., Prof.Dr.H.Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, (Bandung, CV Pustaka Setia,2012), Cet ke.1, h.20-22
[2] Tedi Priatna dkk, Ilmu Kalam Sejarahdan Pokok Pikiran Aliran-aliran, Azkia Pustaka Utama, 2007.Cet Ke.3 h.1
[3] ibid
[4] Tedi Priatna dkk, Ilmu Kalam Sejarahdan Pokok Pikiran Aliran-aliran, Azkia Pustaka Utama, 2007.Cet Ke.3 h.3
[5] Ibid
[6] Sayyid Husein Afandi al-Jisr al-Tarabulisi, Hushun al-hamidiyah, (Surabaya: Maktabah Tsaqafiyah,tt), h.6.
[7] Tedi Priatna dkk, Ilmu Kalam Sejarahdan Pokok Pikiran Aliran-aliran, Azkia Pustaka Utama, 2007.Cet Ke.3 h.8
[8] Didin Saefuddin Buchori. Metodologi Studi Islam. (Bogor, Granada Sarana Pustaka : 2005).h.82
[9] Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004).h.273
[10] Ibid. 279
[11] Anas Salahudin. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.h.11
[12] Ibid.h.19
[13] Uyoh Sadulloh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung : Penerbit Alfabeta.h.16
[14] Djumransjah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang:Bayu Media Publishing.h.8
[15] Ali Maksun. 2011.Pengantar Filsafat: dari masa klasik hingga postmodernis. Jogjakarta: ar-ruzzi media cet. IV.h15
[18] Ibid
[19] Ibid
[21]Ibid
[22]Ibid
Read More >>