7 Jan 2011

Lompatan Waktu (Part I)

Hai kawan, tau rumus ini kan? E = mc2
pasti yang terbayang perhitungan yang sangat sulit dan bagi sebagian orang mungkin agak ribet dengan rumus-rumus. Rumus tersebut hasil perenungan seorang maestro Albert Enstein, maestro yang dianggap paling jenius dimasanya dan telah menorehkan sejarah dalam dunia ilmu pengetahuan. Teori tersebut sering disebut dengan teori relativitas, bahkan teori ini pernah dikaitkan dengan perjalanan ketauhidan seorang insan kamil untuk mencapai derajat ibadah yang sempurna.

Tapi kali ini, kita bukan mencoba untuk menguraikan teori tersebut untuk menentukan benar atau tidaknya teori relativitas tersebut, atau untuk mencoba mengurai perhitungan secara matematis. Tapi, teori tersebut akan mencoba diurai dalam bentuk lain, atau penulis mencoba untuk menginterpretasikan teori tersebut dilihat dari perspektif alamiah bukan perspektif ilmiah.  Namun perlu disadari, penafsiran ini dilakukan secara bebas dan mungkin penafsiran ini diterjemahkan secara parsial melihat kekurangan dari penulis sendiri.
Manusia diartikan sebagai salah satu bentuk atau benda yang bergerak dan mempunyai kerangka masing-masing. Begitupun halnya ia, bergerak karena mempunyai tujuannya masing-masing. Pada saat tertentu, manusia akan berhenti bergerak manakala ia mencapai titik keseimbangan untuk bergerak kembali. Bukan berhenti secara mutlak tapi mengalami pergeseran dan cenderung bergerak tanpa batas. Hal inilah membuat penulis mencoba untuk menguraikan sedikit tentang teori relativitas kaitannya dalam kehidupan manusia.
Relativitas merupakan subjek yang penting berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana, kapan dan bagaimana suatu kejadian atau peristiwa terjadi. Jika subjek yang penting itu adalah siklus kehidupan manusia,  maka manusia harus mampu mengamati sebuah tempat dimana kejadian tersebut berlaku. Manusia mempunyai kapabilitas untuk mengamati dimana ia seharusnya berada dengan anugerah yang diberikan Tuhan padanya. Manusia diberikan opsi untuk menentukan pada level mana, atau tempat apa ia berada. Tentunya ini berdasarkan bahwa eksistensi manusia ditentukan dari apa yang ia lakukan atau proses yang dilakukan untuk mendapatkan posisi yang tepat.
Semua itu berkaitan erat dengan momentum kapan pergerakan akan dimulai, waktu yang tepat akan menghasilkan jawaban dimana ia akan berada. Jika terdapat dua pilihan yang menandai pergerakan, maka manusia harus menentukan dari dua pilihan tersebut, atau bahkan membuat opsi baru diluar dari dua pilihan yang telah ditentukan, agar proses yang telah dilakukan menjadi tepat.
Penentuan posisi dan waktu akan berpengaruh besar terhadap bagaimana perubahan dari satu kejadian ke kejadian lain.
Ketiga hal tersebut merupakan poin penting untuk menganalisa setiap detil kehidupan. Tentunya ada beberapa hal yang tidak boleh dilupakan,  pengamatan terhadap dimana, kapan dan bagaimana suatu peristiwa harus ada dalam kerangka acuan yang bersifat relatif dan bersinggungan dengan kerangka lainnya dalam kehidupan. Kesimpulan dari relativitas itu sendiri adalah jika subjek yang penting itu adalah kehidupan manusia, maka manusia itu menjadi subjek utama pada subjek lainnya dalam hal ini adalah kehidupan atau boleh diartikan bahwa kehidupan itu adalah subjek sekunder, sehingga dibutuhkan analisa tentang siklus kehidupan tanpa mengabaikan keumuman yang terjadi. Akan tetapi timbul sebuah pertanyaan, bagaimana mengimplementasikan sesuatu yang dianggap Khas  dengan tidak mengindahkan sesuatu yang bersifat 'am (relatif) agar mencapai kesimpulan yang paling tidak sedikit mencapai derajat mutlak, karena kemutlakan hanya milik Dia.
Sebagai contoh.
Manusia dilahirkan untuk memenuhi tujuan hidupnya dan secara substansi, manusia mempunyai keinginan untuk meraih sesuatu tanpa ada cacat sekalipun. Kerangka relatif yang dijadikan acuan adalah menentukan posisi di titik nol, sedangkan momentum pergerakannya dimulai sejak ia mampu menentukan posisi pergerakan. Pergerakan itu dilakukan dengan jalan melingkar, sehingga pada tahapan proses, ia mampu menganalisa setiap kesalahan yang akan mengganggu pergerakannya. Tapi kerangka acuan relatif yang dijadikan sebagai standar ini akan bersinggungan dengan kerangka lainnya, yaitu kerangka yang bersifat mutlak. Inilah yang kadang menjadikan manusia harus terus menempuh jalan lingkar tersebut tanpa mengetahui kapan harus menghentikan pergerakannya.
Tetapi, coba kalau kita lakukan proses itu secara terbalik, Dia menjadi kerangka yang bersifat Khas atau mutlak dan ia menjadi tujuan yang paling penting dalam ritme kehidupan, sedangkan jalan yang melingkar itu bersifat umum,  yang terjadi adalah inersial atau pergerakan itu akan dirasakan lurus beraturan dan lebih dinamis. walau terlihat melingkar, tapi jalan yang ditempuh akan bertumpu pada satu titik dengan kecepatan tetap dan disetiap pergerakan itu melambat,  ada interval atau jeda waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan kembali. Interval tulah yang dijadikan untuk mengevaluasi semua pergerakan. Dengan menjadikan Dia sebagai sesuatu yang sangat penting, peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan melihat apa terjadi pada pada setiap interval yang telah dilalui dengan merefleksikan pada masa dimana pergerakan itu dimulai. Kerelatifan pergerakan itu akan dikontrol oleh kerangka Mutlak atau yang Khas.

0 komentar:

Posting Komentar