17 Jul 2011

Lompatan Waktu (Part II End)

Relativitas merupakan subjek yang penting berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana, kapan dan bagaimana suatu kejadian atau peristiwa terjadi.. Dengan menjadikan Dia sebagai kerangka yang mutlak atau Khas terhadap keumuman yakni tujuan manusia ini sendiri, bukanlah hal yang mustahil perpspektif tentang masa depan atau paradigma yang ada dalam pikiran manusia dapat berubah,, atau dengan mengamati dan menganalisis setiap inersial dan interval yang terjadi memungkinkan kita dapat memprediksi masa depan. Atau mungkin teori  Relativitas ini memungkinkan perpindahan ruang dan waktu dengan melebur zat-zat yang terkandung dalam tubuh manusia  ini menjadi partikel-partikel yang memungkinkan untuk melakukan perpindahan ruang dan waktu. Kaitannya dengan masa depan adalah, masa depan diartikan sebagai ruang waktu yang tak terbatas dan untuk mengetahui masa depan adalah melebur partikel-partikel kehidupan disaat pergerakan atau pergeseran terjadi.
Hipotesis awal tentang sebuah keumuman dengan menjadikan Dia sebagai kemutlakan relatif belum bisa dijadikan sebuah konklusi dari setiap inersial dan interval kehidupan, karena untuk menjadikan Dia sebagai kemutlakan seringkali berbenturan dengan siklus yang tidak bisa ditebak.
Banyak cara yang bisa dilakukan teori relativitas dalam kehidupan. Salah satunya adalah dengan menggunakan analogi,
Analogi adalah satu term yang berarti mengambil persamaan dari sebuah kata yang berbeda namun mengandung makna yang hampir sama. Dalam hal menerapkan teori relativitas dengan cara ini adalah bentuk yang dimaksudakan untuk melihat kejadian-kejadian yang telah lalu, bail setiap peristiwa itu hanya dijadikan sebagai refleksi saja atau sebagai bentuk perbandingan. Penerapannya bisa dilakukan pada saat dimana kita berada pada titik nol atau pada saat kita akan melakukan pergerakan.
Bukan tanpa resiko memang, ketika kita melakukan pergerakan dengan menggunakan cara yang sama artinya kita melihat masa lalu, kemudian menerapkan dengan cara yang sama. Hasilnya adalah tidak ada perubahan atau kita tidak akan mampu menentukan pada level mana kita berada.
Kemungkinan lain kita menggunakan kejadian masa lalu kita sebagai refleksi untuk membaca masa depan kita dengan cara yang berbeda dalam arti apa yang terjadi tidak diulangi atau ketika menghadapi subjek sekunder cara yang digunakan berbeda maka hasil akhir atau penempatan posisi dan waktu pun akan berbeda dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula. Akan tetapi ketika kita menggunakan cara yang kedua ini agaknya lebih beresiko karena faktor faktor lain yang akan mengganggu siklus akhir. Disinilah peranan kebijaksanaan, ketika sebuah proses analisa terhadap kerangka relatif dan mutlak tidak dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan.
Agaknya pilihan lain yang lebih rasional adalah kita ambil cara atau sample dari kejadian yang sama dengan memodifikasi pada prosesnya. Dia tetap dijadikan sebagi kemutlakan yang relatif tanpa menafikan kerangka sekunder daaalam pemeneuhan objektifitas dalam kehidupan. Nampaknya pilihan ini menjadikan kita untuk menghindari resiko sekecil mungkin dalam arti meminimalisir setiap kesalahan pada saat jeda waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan pada posisi dan waktu yang tepat.
Seperti halnya Teori chaos, teori ini  lahir dari rasa ingin tahu manusia terhadap yang akan datang. Kita selalu menanyakan bagaimana sebuah sistem berubah dari waktu ke waktu. Di dalam teori chaos manusia menemukan bahwa bahwa terkadang sebuah perubahan tidaklah serumit sebagaimana ia terlihat. Bahkan dari sistem yang secara matematis sangat sederhana sekalipun dapat dihasilkan pola-pola yang chaotik. http://ahmuzaki.multiply.com/journal/item/1
Dengan kata lain semua manusia diajarkan bagaimana mengatasi masalah dengan akal yang telah diberikan Tuhan sebagai anugrah, apabila kita menemukan permasalahan yang sedikit rumit maka seperti yang dilakukan oleh Sidarta Gautama, “Jika Kau menemukan masalah maka kembali ke titik awal. Artinya ketika kita kembali pada titik awal maka kita akan menemukan pola yang sama dan akan menemukan jalan keluar.
Hal yang perlu disadari adalah siklus waktu tidak akan berhenti, tapi sesuai dengan fitrahnya ia kan terus bergerak tanpa batas. Oleh kaena itu perjalanan waktu yang dilakukan harus mencapai titik dimana usaha dan do’a telah maksimal. Konklusi dari setiap siklus adalah bagaimana kita menciptakan kehidupan yang dinamis tanpa mencampuri kekuasaan yang telah ditentukan.
Kesimpulan akhir dari teori relativitas dengan perspektif yang berbeda, dalam arti menjalani kehidupan adalah menempatkan ke-Khas-an pada subjek sekunder dalam lingkup subjek utama manusia menjalani dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia sebagai kemutlakan relatif  dapat mengubah apa yang diinginkan oleh subjek utamanya yaitu manusia. Selama manusia itu mempunyai keinginan maka dia akan mendapatkannya, dalam batas kekuasan manusia untuk merubah.

0 komentar:

Posting Komentar